Paceng tri, salah satu alat pembayaran yang paling dikenal di Indonesia, mengalami kelangkaan yang cukup mengkhawatirkan. Masyarakat kesulitan menemukan lembaran uang pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, dan Rp 5.000 di pasaran.
Kelangkaan ini menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama di kalangan pedagang kecil dan menengah. Mereka kesulitan memberikan kembalian kepada pelanggan karena minimnya stok pecahan uang kecil.
Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab kelangkaan paceng tri? Berikut penjelasan lengkapnya:
Kebutuhan Masyarakat yang Meningkat
Salah satu faktor utama penyebab kelangkaan paceng tri adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat. Permintaan terhadap pecahan uang kecil melonjak, terutama menjelang hari-hari besar seperti Lebaran dan Natal.
Pada momen-momen tersebut, masyarakat biasanya membutuhkan uang tunai untuk keperluan belanja, THR, dan lainnya. Alhasil, permintaan terhadap pecahan uang kecil ikut terdongkrak.
Distribusi yang Tidak Lancar
Faktor lain yang berkontribusi pada kelangkaan paceng tri adalah distribusi yang tidak lancar. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter bertanggung jawab mendistribusikan uang ke seluruh wilayah Indonesia.
Namun, dalam beberapa kasus, terjadi gangguan distribusi. Uang tunai tidak tepat waktu sampai ke bank-bank, mesin ATM, dan peritel. Hal ini menyebabkan pecahan uang kecil sulit ditemukan di pasaran.
Penimbunan
Penimbunan juga ditengarai sebagai salah satu penyebab kelangkaan paceng tri. Oknum-oknum tertentu sengaja menimbun pecahan uang kecil untuk tujuan spekulasi atau dijual kembali dengan harga lebih tinggi.
Tindakan penimbunan ini membuat semakin sedikit uang tunai yang beredar di masyarakat. Akibatnya, kelangkaan pun terjadi.
Pengaruh Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 juga berdampak pada kelangkaan paceng tri. Selama pandemi, aktivitas ekonomi melambat. Masyarakat lebih banyak bertransaksi secara digital, sehingga mengurangi permintaan terhadap uang tunai.
Namun, seiring dengan mulai pulihnya ekonomi, permintaan terhadap uang tunai, termasuk pecahan uang kecil, kembali meningkat. Sementara itu, kapasitas produksi dan distribusi uang tunai belum sepenuhnya pulih, sehingga terjadi kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan.
Antisipasi BI
Untuk mengatasi kelangkaan paceng tri, BI telah mengambil sejumlah langkah antisipasi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan produksi uang tunai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
- Memperlancar distribusi uang tunai ke seluruh wilayah Indonesia.
- Bekerja sama dengan perbankan untuk meningkatkan ketersediaan pecahan uang kecil di ATM dan cabang.
- Melakukan pengawasan ketat untuk mencegah penimbunan uang tunai.
Imbauan kepada Masyarakat
Selain upaya dari BI, masyarakat juga diharapkan turut serta dalam mengatasi kelangkaan paceng tri. Beberapa imbauan yang dapat diikuti antara lain:
- Gunakan transaksi digital seperti mobile banking atau e-wallet untuk mengurangi penggunaan uang tunai.
- Jaga dan gunakan pecahan uang kecil dengan baik. Hindari merobek, menstaples, atau mencoret lembaran uang.
- Laporkan jika menemukan adanya oknum yang menimbun atau menjual pecahan uang kecil dengan harga lebih tinggi.
Dengan bersama-sama melakukan upaya antisipasi dan imbauan, kelangkaan paceng tri dapat segera teratasi. Masyarakat dapat kembali memperoleh pecahan uang kecil dengan mudah dan nyaman sesuai kebutuhan.