Pendahuluan
Tri Tura merupakan peristiwa bersejarah yang terjadi pada tahun 1966 dan memiliki pengaruh signifikan terhadap perjalanan politik Indonesia. Istilah "Tri Tura" sendiri merupakan singkatan dari "Tiga Tuntutan Rakyat" yang menyerukan pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), pembersihan unsur-unsur PKI dari pemerintahan, serta penurunan harga kebutuhan pokok.
Asal-usul Tri Tura
Latar belakang munculnya Tri Tura tidak terlepas dari situasi politik dan ekonomi Indonesia yang bergejolak pada masa itu. Setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, terjadi krisis kepercayaan yang meluas terhadap pemerintah. Partai Komunis Indonesia (PKI) dituduh sebagai dalang di balik peristiwa tersebut, sehingga memicu gelombang aksi anti-komunis di seluruh Indonesia.
Ketidakpuasan masyarakat semakin meningkat karena kondisi ekonomi yang buruk. Inflasi meroket, harga kebutuhan pokok melambung tinggi, dan rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam situasi tersebut, muncullah kelompok mahasiswa dan pemuda yang menuntut adanya perubahan fundamental dalam tatanan politik dan ekonomi.
Tiga Tuntutan Rakyat (Tri Tura)
Pada tanggal 10 Januari 1966, mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka, Jakarta. Mereka menuntut dipenuhinya tiga tuntutan, yaitu:
- Pembubaran PKI: Mahasiswa menuntut agar PKI dibubarkan karena dianggap sebagai organisasi yang berbahaya dan tidak sesuai dengan Pancasila.
- Pembersihan Unsur PKI dari Pemerintahan: Mereka juga menuntut agar semua anggota dan simpatisan PKI dibersihkan dari jabatan-jabatan penting di pemerintahan.
- Penurunan Harga Kebutuhan Pokok: Tuntutan ini mencerminkan kesulitan ekonomi yang dialami rakyat, sehingga pemerintah diminta untuk mengambil langkah-langkah menurunkan harga kebutuhan pokok.
Perkembangan Tri Tura
Setelah aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka, tuntutan Tri Tura mendapat dukungan luas dari berbagai elemen masyarakat. Mahasiswa dan pemuda dari berbagai daerah turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Gerakan Tri Tura juga didukung oleh tokoh-tokoh politik dari kelompok anti-komunis, termasuk Letnan Jenderal Soeharto.
Melihat situasi yang semakin memanas, Presiden Soekarno akhirnya mengumumkan pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966. Namun, tuntutan pembersihan unsur PKI dan penurunan harga kebutuhan pokok belum juga dipenuhi. Akibatnya, gerakan Tri Tura terus berlanjut dan semakin radikal.
Dampak Tri Tura
Gerakan Tri Tura memiliki dampak yang signifikan terhadap sejarah Indonesia. Beberapa dampak yang paling menonjol antara lain:
- Jatuhnya Rezim Soekarno: Tekanan dari gerakan Tri Tura semakin menguatkan posisi Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Pada akhirnya, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1966.
- Pembersihan Massal PKI: Setelah Soeharto berkuasa, ia melancarkan operasi pembersihan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI. Jumlah korban tewas diperkirakan mencapai ratusan ribu hingga jutaan orang.
- Penurunan Harga Kebutuhan Pokok: Pemerintah Soeharto mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan perekonomian dan menurunkan harga kebutuhan pokok. Kebijakan ini berhasil meredam gejolak sosial dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Orde Baru: Masa pemerintahan Soeharto setelah Orde Lama dikenal sebagai Orde Baru. Orde Baru ditandai dengan kebijakan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik, namun juga ditandai dengan pembatasan kebebasan politik dan praktik korupsi.
Kesimpulan
Gerakan Tri Tura merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang mengawali perubahan fundamental dalam tatanan politik dan ekonomi. Tuntutan Tri Tura yang awalnya disuarakan oleh mahasiswa dan pemuda akhirnya berujung pada jatuhnya rezim Soekarno dan bangkitnya Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Dampak dari Tri Tura masih terasa hingga saat ini, baik dalam konteks sejarah maupun politik Indonesia.